Nasab (النسب)

Nasab (النسب)
Fikar


Nasab adalah bagian dari pembahasan ilmu sharf yang bertujuan menghindari pemborosan dalam menggunakan kata dengan hanya menambahkan huruf Ya Musyaddadah (ياء مشددة) pada akhir kata dan mengkasrahkan (baris bawah) huruf sebelumnya untuk menunjukkan penisbahan sesuatu kepada susuatu yang lain, baik dari segi jenisnya.

Misalnya: فتوىٌّ (laki-laki), atau kewarganegaraan, misalnya: صيني (orang cina), atau agama, misalnya: إسلامي (keislaman) atau keahlian, misalnya تجاري (perdagangan), dan sifat, misalnya: ذهبي (bersifat seperti emas). Semua isim yang dinisbahkan kepada yang lain dinamakan Mansub (منسوباً), sebelum kata tersebut dihubungkan dengan Ya Musyaddadah dinamakan Mansub Ilaih (منسوباً إليه) dan huruf Ya Musyaddadah dinamakan Ya An Nasab (ياء النسب).

Cara-cara Penisbahan

Pada saat menisbahkan sesuatu kata, haruslah mengikutkan pada akhir kata tersebut dengan huruf Ya Musyaddadah dan mengkasrahkan huruf sebelumnya. Pada saat itu pula akan terjadi berbagai perubahan, yaitu perubahan pada lafadz kata dan maknanya serta perubahan pada hukumnya dimana kata yang telah dinasab akan menyerupai sifat. Adapun cara-cara pengnisbahan suatu kata kepada yang lainnya haruslah diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

 

  1. Menisbahkan kata yang diakhiri dengan Ta Ta’nis atau Ta Marbuthah (feminal), maka haruslah dihilangkan terlebih dahulu huruf Ta tersebut sebelum dinasabkan, contohnya kata (مكة) menjadi (مكي) dan kata (قاهرة) menjadi (قاهري) dengan menghilangkan Ta Ta’nisnya, tidak dibenarkan apabila Ta tersebut tidak dihilangkan, contohnya, (مكتي).
  2. Menisbahkan kata yang diakhiri oleh Ya Musyaddadah, haruslah memperhatikan jumalah huruf yang berada sebelum Ya Musyaddadah. Jika Ya Musyaddadah berada setelah satu huruf maka harus mengembalikan huruf Ya yang pertama ke asalnya kemudian diberi baris fatha atau merubah huruf Ya yang kedua menjadi huruf Wau, contohnya kata (حيٌّ)=hidup, pada saat dinasab menjadi (حيويٌّ) huruf Ya pertama adalah huruf asli dan huruf Ya yang kedua dirubah menjadi Wau, contoh lain kata (غيٌّ) =sesat, menjadi (غوويٌّ) huruf Ya pertama dikembalikan ke asal huruf kata tersebut yaitu Wau (ghawwu) dan huruf Ya kedua dirubah menjadi Wau. JikaYa Musyaddadah berada setelah dua huruf, maka dihapus huruf Ya pertama dan Ya yang kedua dirubah menjadi Wau serta memberikan tanda fatha pada huruf sebelumnya, contohnya kata (عليٌّ) menjadi (علويٌّ) dan (نبيٌّ) menjadi (نبويٌّ). Jika Ya Musyaddadah berada setelah tiga huruf atau lebih, maka huruf Ya nya dihapus dan digantikan kedudukannya oleh Ya Nasab, contohnya, kata (كرسيّ) menjadi (كرسيّ) dan (شافعيّ) menjadi (شافعيّ).
  3. Menisbahkan kata kepada kata yang Maqshur (المقصور) yaitu setiap kata yang diakhiri dengan huruf Alif, dan perubahan-perubahannya pun tergantung kepada jumlah hurufnya. Apabila Alif maqsurnya adalah huruf ketiga maka harus dirubah menjadi Wau, contohnya (عصا)=tongkat, menjadi (عصوىٌّ) dan (فتى) menjadi (فتوىٌّ). Apabila Alifnya adalah huruf keempat dan huruf keduanya berbaris (berharakat) fatha, maka haruslah dihilangkan Alifnya, contoh (كندا) menjadi (كنديّ) dan (بنما) menjadi (بنميّ) namun jika huruf keduanya sukun boleh menghapus Alifnya atau merubahnya menjadi Wau. Apabila Alifnya huruf kelima atau lebih maka haruslah dihilangkan alifnya, contoh (فرنسا) menjadi (فرنسيّ) dan (أمريكا) menjadi (أمريكيّ).
  4. Menisbahkan kepada kata yang Mamdud (الممدود) yaitu kata-kata yang diakhiri dengan Alif dan Hamzah. Apabila Hamzah atau Alifnya adalah huruf asli maka dapat dinasabkan dengannya, contohnya (إنشاء) =pembangunan, menjadi (إنشائيّ) dan (ابتداء) =permulaan, menjadi (ابتدائيّ). Apabila Alif dan Hamzahnya menunjukkan Ta’nis (feminis) maka wajib merubahnya menjadi Wau, contohnya (صحراء) =padang pasir, menjadi (صحراويّ) dan (حمراء) =merah, menjadi (حمراويّ). Apabila Hamzah atau Alifnya adalah perubahan dari Wau atau Ya maka boleh dinasabkan dengannya atau merubahnya menjadi Wau, contoh (سماء) menjadi (سمائيّ) atau (سماويّ) dan (دعاء) menjadi (دعائيّ) atau (دعاويّ).
  5. Menisbahkan kepada isim Manqush (المنقوص) yaitu kata yang diakhiri dengan huruf Ya yang Lazim. Apabila Ya nya huruf ketiga maka wajib merubahnya menjadi Wau dan memberikan baris fatha pada huruf sebelumnya, contohnya (الرضى) menjadi (الرضوى) dan (الشجي) menjadi (الشجوىّ). Apabila Ya nya huruf keempat maka boleh menghapusnya atau merubahnya menjadi Wau dan memberi baris fatha pada huruf sebelumnya, contohnya (القاضي) =hakim, menjadi (القاضيّ) atau (القاضويّ) dan (النادي)=club, menjadi (الناديّ) atau (النادويّ). Apabila Ya nya huruf kelima atau lebih maka wajib menghapusnya, contohnya (المرتضي) menjadi (المرتضيّ) dan (المهتدي) menjadi (المهتديّ).
  6. Nasab kepada Isim Tsulasi (tiga huruf) dimana huruf keduanya berbaris atau berharakah kasrah maka tanda dan harakah kasrah tersebut dirubah menjadi fatha, contohnya (إبل)=onta, menjadi (إبَلي) dan (ملك)=raja, menjadi (ملَكي).
  7. Menisbahkan kepada Isim yang huruf sebelum huruf terakhirnya adalah Ya Musyaddadah yang berharakah kasrah maka meringankan huruf ya tersebut dan mensukunnya, contohnya (سيد)=tuan, menjadi (سيْديّ) dan (طيب) menjadi (طيْبيّ) juga (ميت) menjadi (ميْتيّ).
  8. Menisbahkan kepada Isim Tsulatsi (tiga huruf) yang dihilangkan huruf ketiganya (lamnya) sehingga yang terlihat hanyalah dua huruf maka pada saat menisbahkannya haruslah mengembalikan huruf ketiga yang dihilangkan dan memberikan harakah fatha pada huruf sebelumnya, contohnya (أب) menjadi (أبوي) dan (أخ) menjadi (أخوي) , (سنة)=tahun, menjadi (سنوي) karena asal dari kata-kata tersebut adalah (أبوٌ), (أخوٌ), (سنوٌ).
  9. Menisbahkan kepada Isim Tsulatsi dimana huruf pertamanya (ainnya) dihilangkan sehingga yang nampak hanyalah dua huruf kemudian menggantikan huruf awal yang hilang dengan Ta Ta’nis. Apabila akhir huruf dari kata tersebut adalah huruf shahih bukan huruf illat, maka wajib huruf tersebut tidak dikembalikan ke asalnya, contohnya (عدة) menjadi (عدِيّ) dan (صفة) menjadi (صفيّ), yang mana asal dari kata-kata tersebut adalah (وعد), dan (وصف). Apabila huruf yang dihilangkan dan huruf terakhir kata adalah huruf illat maka wajib mengembalikannya ke asal dan memberi harakah fatha pada huruf kedua serta mengganti huruf Ya dengan Wau, contohnya , (دية) menjadi (وِدَوِي) karena asalnya adalah (وَدْيٌ).
  10. Menisbahkan kepada Isim yang bertimbangan Faíilah (فَعِيلة) dan Fuáilah (فُعَيلة). Jika pada timbangan Faíilah Ainnya adalah huruf shahih maka harus menghilangkan Ya (faíilah) dan Ta Ta’nisnya dan merubah harakat kasrah pada Ain menjadi fatha, contohnya (قبيلة) menjadi (قَبَلي) dan (صحيفة)=Koran/wartawan, menjadi (صَحَفي). Jika Ain nya huruf Illat maka harus menghilangkan Ta Ta’nisnya tanpa menghapus huruf Ya nya, contohnya, (طويلة) menjadi (طويلى) dan (جليلة) menjadi (جليلى). Apabila Ain pada Fuáilah adalah shahih maka wajib menghilangkan Ta Ta’nis dan Ya nya, contohnya (جهينة) menjadi (جُهَني) dan (عبيدة) menjadi (عُبَدي).
  11. Menisbahkan kata kepada kata yang lain tanpa menggunakan Ya Musyaddadah (ya nasab), dimana sebagian orang Arab menggunakan bentuk-bentuk kata tertentu yang menunjukkan penisbahan tanpa menyebutkan Ya nasab, yaitu kata-kata yang bertimbangan Faál (فعّال), contohnya (حدّاد)=tukang besi, (نجّار)=tukan kayu. Dan kata-kata yang bertimbangan Faíl (فاعل) dan Faíl (فَعِل) yang menunjukan kepemilikan terhadap sesuatu, contohnya (طاعم) atau (طَعِم) orang yg mempunyai makanan, (تامر) atau (تَمِر)orang yang memiliki kurma.

Demikianlah ringkasan dan dasar mengenai Nasab dalam bahasa Arab, mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi anda yang ingin belajar, dan Insya Allah akan dilanjutkan lagi cara-cara penisbahan yang lain di lain waktu. Thanks.

Leave a comment