DASAR-DASAR BAHASA ARAB (ILMU SHARF)

DASAR-DASAR BAHASA ARAB (ILMU SHARF)

Ilmu Sharf (ﺼﺭْﻑ ) sering juga disebut dengan Tashriif ( َﺘﺼِﺮﻴﻑ), yang diprakarsai oleh Mu’adz bin Muslim al-Harraa’ al-Kufi sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri terpisah dengan ilmu Nahwu. Maknanya berkisar antara perubahan dan pemindahan. Sedangkan dari segi istilah adalah perubahan suatu suku kata ke dalam bentuk yang berbeda-beda dan dan mempunyai arti atau maksud tertentu. Atau dapat disebut juga dengan Ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk kata (timbangan) dalam bahasa Arab serta perubahan-perubahan lafadz yang terjadi pada suatu kata. Dengan demikian, tujuan mempelajari ilmu Sharf adalah mengetahui timbangan-timbangan kata dan perubahan yang terjadi pada kata tersebut, beserta maknanya.

Sebagian besar kata-kata yang ada dalam bahasa Arab terdiri dari tiga huruf, sehingga para ahli bahasa khususnya ulama Sharf mengatakan bahwa asal dari setiap kata adalah terdiri dari tiga huruf dan menyusunnya dalam suatu timbangan khusus yaitu hurf Fa ( ), ‘Ain ( ) dan Lam ( ) atau Fa’ala (ﻔﻌﻝ ). Berdasarkan timbangan ini, maka kata ﺸﻜﺮَ misalnya, adalah kata yang bertimbangan (ﻔﻌﻝ). Huruf Syin ( ) dinamakan Faaul kalimat (ﻔﺎﺀ ﺍﻠﻜﻠﻤﺔ), Kaf () adalah ‘Ainul kalimat (ﻋﻴﻥ ﺍﻟﻜﻠﻤﺔ ) dan Ra () adalah Laamul kalimat (ﻻﻢ ﺍﻟﻜﻠﻤﺔ ). Jika kata itu terdiri dari empat atau lima huruf maka huruf keempat atau kelima itu disamakan dengan huruf Lam yang berulang, misalnya kata ﺪﺤﺭﺝ  berdasarkan timbangan  ﻔﻌﻟﻞ . Dan jika kata itu ditambahkan dengan satu huruf atau lebih dari huruf-huruf tambahan yang tergabung dalam  ﺴﺄ ﻟﺘﻤﻭﻧﻴﻬﺎ maka timbangan kata tersebut tetap huruf asli dengan menambahkan huruf tambahan tersebut sesuai dengan haraktnya. Misalnya kata  ﺃﺤﺴﻦ dengan timbangan  ﺃﻔﻌﻝ , kata ﺸﺎﺮﻚ  bertimbangan ﻔﺎﻋﻝ , kata ﺇﺴﺘﻧﻛﺭ  bertimbangan ﺇﺴﺘﻔﻌﻝ  , kata ﻜﺎﺘﺏ  bertimbangan ﻔﺎﻋﻝ  , kata ﻤﺤﺮﻮﻡ  bertimbangan ﻤﻔﻌﻭﻝ , kata ﺇﻧﺘﺨﺎﺐ  bertimbangan  ﺇﻔﺗﻌﺎﻞ . Begitupun jika salah satu dari huruf kata itu dihilangkan, maka timbangannya pun haruslah disesuaikan, misalanya kata ﺨﺬ  bertimbangan ﻋﻝ dan seterusnya.

Dalam bab ini, akan dibahas sedikit permasalahan ilmu sharf guna membantu dalam mempelajari bahasa Arab, Jika ingin memperdalaminya, dapat kembali ke Alfiyah Ibnu malik, baik yang disyarah oleh Ibnu Hisyam, Asymuuni dan Ibnu ‘Aqiil, atau dapat dilihat pada buku Mulakkhas Al-Lughah al-Arabiyah.

I.  ISIM (ﺍﻹﺴﻢ )

Isim dilihat dari segi jumlahnya terbagi menjadi tiga: Mufrad (ﻤﻔﺮﺩ ), Mutsanna (ﻤﺜﻧﻲ) dan jamak ( ﺠﻤﻊ) yang dapat dijelaskan sebagai berikut;

a.       Mufrad (ﻤﻔﺮﺩ) adalah kata yang menunjukkan atas satu atau tunggal, contoh ; Ali ( ﻋﻠﻲﱡ), anak kecil (ﻏﻼﻢ ), Meja (ﻤﺎﺋﺪﺓ ) dan wanita, gadis (ﻔﺘﺎﺓ ).

b.      Mutsanna (ﻤﺛﻧﻰ ) adalah kata yang menunjukkan atas dua dengan menambahkan alif (ﺃﻟﻑ ) dan nun ( ﻨﻮﻥ) ke akhir dari isim mufrad pada saat ia marfu’, dan menambahkan ya (ﻴﺎﺀ ) dan Nun (ﻨﻮﻥ ) jika ia manshuub dan majruur dengan memberikan harakat fatha pada huruf sebelum huruf ya mutsanna, dan huruf Nun pada akhir kata selalu berbaris kasrah pada setiap keadaan, Contohnya  ﺤﻀﺮ ﺍﻟﻤﻬﻧﺪ ﺴﺍﻦ(telah datang dua orang insinyur), ﺰﺮﺖ ﺪ ﻭﻟﺘﻴﻥ(saya telah menziarahi dua Negara) dan ﻤﺭﺮﺖ ﺑﺴﻴﺪَ ﺗﻴﻥ (saya lewat dengan dua orang wanita). Denagn catatan (syarat), isim yang akan dijadikan mutsanna haruslah mufrad Mu’rab, bukan terdiri dari dua kata (majemuk), bukan pula jamak, dan bukan pula isim mabni, seperti Syarth, istifhaam dan semisalnya.

Apabila kata tersebut huruf akhirnya adalah alif maqshuur maka dikembalikan ke huruf asalnya, misalnya ﻋﺼﺎ (tongkat) dan  ﻔﺗﻰ (pemuda) menjadi (ﻋﺼﻭﺍﻦ ) (ﻋﺼﻭﻴﻦ )dan (ﻔﺗﻴﺎﻦ ) (ﻔﺗﻴﻴﻦ ). Apabila hurufnya adalah Alif Manquush maka dikembalikannya ke Ya (ﻴﺎﺀ ), contoh; ﻤﺤﺎﻤﻰ  (pengacara) menjadi (ﻤﺤﺎﻤﻴﺎﻦ ) dan ( ﻤﺤﺎﻤﻴﻴﻦ). Jika huruf akhirnya Alif Mamduud maka diubah menjadi Wau (ﻭﺍﻭ ) untuk ta’nits (feminism), contoh ﺤﺿﺮﺍﺀ (Hijau) menjadi ( ﺤﺿﺮﻭﺍﻦ) dan ( ﺤﺿﺮﻭﻴﻦ), dan tetap pada posisi hurufnya bila ia adalah huruf asli, misalnya (ﻗﺿﺎﺀ ) menjadi (ﻗﺿﺎﺀﺍﻦ ) dan (ﻗﺿﺎﺀﻴﻦ ). Jika Mutsanna bersandar ( ﺇﺿﺎﻔﺔ) pada kata yang lain, maka huruf Nunya dihilangkan, contohnya ﺤﺿﺮﻤﺪﺮﱢﺴﺎ ﺍﻟﻟﻐﺔ ﺍﻟﻌﺮﺑﻴﺔ (telah datang dua orang guru bahasa Arab), aslinya adalah (ﻤﺪﺮﺴﺎﻥ ) dihilangkan huruf Nunnya karena Mudhaf.

c.       Jamak (ﺠﻤﻊ ) adalah kata yang menunjukkan kepada banyak atau lebih dari dua, misalnya ﺃﻧﻬﺎﺭ (sungai) jamak dari (ﻧﻬﺭ ), ﻤﺪ ﺮﱢﺴﺎﺖ (Guru perempuan) jamak dari (ﻤﺪ ﺮﱢﺴﺔ ) dan  ﻤﻬﻧﺪ ﺴﻭﻦ (Insinyuur) jamak dari (ﻤﻬﻧﺪ ﺱ ). Jamak terbagi menjadi tiga, yaitu ; Jamak Mudzakkar saalim ( ﻤﺬ ﻜﺮﺴﺎﻟﻡ), jamak Muannats saalim (ﻤﺆﻧﺚ ﺴﺎﻟﻡ ) dan jamak Taksiir (ﺟﻤﻊ ﺗﻜﺴﻴﺭ ).

Jamak Mudzakkar saalim (ﻤﺬ ﻜﺮﺴﺎﻟﻡ) yang menunjukkan kepada laki-laki (ﻤﺬ ﻜﺮ) yaitu dengan menambahkan huruf Wau (ﻭﺍﻭ ) dan Nun (ﻨﻮﻥ ) pada akhir kata mufrad di saat rafa’ dan menambahkan Ya (ﻴﺎﺀ ) dan Nun (ﻨﻮﻥ) di saat Nashab dan Jarr. Huruf yang berada sebelum huruf Ya diberi baris Kasrah. Huruh Nun pada akhir kata selamanya berbaris fatha, misalnya  (ﻤﻬﻧﺪ ﺴﻭﻦ) dan ( ﻤﺩ ﺮﱢﺴﻭﻥ). Dihilangkan Huruf Nun yang ada pada akhir jamak mudzakkar saalim jika ia mudhaaf, contoh,  ﺤﺿﺭﻤﺩ ﺮﱢﺴﻭ ﺍﻟﻟﻐﺔ.

Jamak Muannats saalim (ﻤﺆﻧﺚ ﺴﺎﻟﻡ) yang menunjukkan kepada perempuan (ﻤﺆﻧﺚ) yaitu dengan menambahkan Alif ( ﺃﻠﻑ) dan Ta (ﺗﺎﺀ ) pada akhir kata mufrad, ia dirafa’ dengan dhamma, sedangkan nashab dan jar dengan kasrah, contoh  ﺯﻴﻧﺏ  ﺯﻴﻧﺑﺎﺖ,  ﻤﻬﻧﺪ ﺴﺔ  ﻤﻬﻧﺪ ﺴﺎﺖ, ﺗﻠﻤﻴﺫ ﺓ  ﺗﻠﻤﻴﺫ ﺍﺖ .

Jamak Taksiir yaitu yang menunjukkan kepada banyak atau lebih dari dua dengan perubahan bentuk mufradnya baik mudzakkar maupun muannats. Kebanyakan jamak ini datang atau ada karena didengar dan diucapkan sehingga membutuhkan hafalan, jamak ini disebut juga dengan jamak yang tidak beraturan. Contohnya ﺻﻭﺮ (foto/gambar) jamak dari (ﺻﻭﺮﺓ ) dan ﻤﻴﺎﺪ ﻴﻦ (lapangan) jamak dari (ﻤﻴﺪ ﺍﻦ ).

II. MASHDAR (ﺍﻟﻤﺼﺪ ﺭ )

Mashdar sering juga disebut dengan Isim Ma’na (ﺇﺴﻢ ﺍﻠﻤﻌﻨﻲ ) yaitu apa-apa yang menunjukkan atas ma’na / arti yang terlepas dari waktu dan masa, dengan kata lain, Mashdar adalah apa yang menunjukkan atas suatu kejadian. Mashdar adalah asal dari semua Fi’il (kata kerja) dan Isim. Mengingat Fi’il itu terdiri dari tiga huruf atau empat, lima dan enam huruf, kiranya perlu untuk mengetahui mashdarnya.

A.     Mashdar Fi’il yang terdiri dari tiga huruf (ﻤﺼﺪ ﺭﺍﻟﻔﻌﻞ ﺍﻠﺜﻼﺜﻲ )

Secara garis besarnya, mashdar Fi’il Tsulaatsi adalah bertimbangan Fi’aalah ( ِِِﻔﻌَﺎﻟﺔ) jika menunjukkan atas keahlian dan profesi, contohnya ﺼﻨﺎﻋﺔ =perindustrian, ﺯﺮﺍﻋﺔ =pertanian, ﺘﺠﺎﺮﺓ =perdagangan. Atau bertimbangan Fa’alaan (ﻔﻌﻼﻦ ) jika menunjukkan kegoncangan dan kegelisahan, misalnya ﻏﻟﻴﺎﻥ  =Mendidih dan  ﺪﻭﺭﺍﻦ =pusing/mabuk laut dan udara. Juga bertimbangan Fu’lah ( ﻔﻌﻟﺔ) jika menunjukkan atas warna, misalnya ﺨﺿﺮﺓ =hijau dan ﺻﻔﺭﺓ =kuning. Juga bertimbangan Fu’aal (ﻔﻌﺎﻝ ) jika menunjukkan atas penyakit dan suara, misalnya ﺴﻌﺎﻝ =batuk, ﺯﻜﺎﻢ =demam, ﺑﻜﺎﺀ =tangisan dan  ﻧﺑﺎﺡ =gonggongan anjing. Jika mashdar itu tidak menunjukkan atas hal-hal di atas, maka kebanyakan akan bertimbangan Fa’lan (ﻔﻌﻼ ) jika fi’ilnya muta’addi (ﻤﺗﻌﺪﱢﻱ ) yaitu fi’il yang mempunyai atau membutuhkan objek, misalnya ﻔﺗﺤﺎ =membuka, ﺿﺮﺑﺎ =memukul. Jika fi’ilnya adalah fi’il Laazim (ﻻﺯﻢ ) yaitu yang tidaqk membutuhkan objek, maka mashdarnya bertimbangan Fu’uul ( ﻔﻌﻭﻝ), misalnya ﻘﻌﻮﺪ =duduk, ﺟﻟﻭﺱ =duduk, dan ﻁﻠﻮﻉ  =terbit.

B.     Mashdarnya Fi’il yang terdiri dari empat huruf (ﻤﺼﺪ ﺭﺍﻟﻔﻌﻝ ﺍﻟﺮﺑﺎﻋﻲ )

Timbangan mashdar bagi fi’il yang terdiri dari empat huruf itu berbeda-beda sesuai dengan bentuk fi’ilnya. Jika fi’ilnya bertimbangan Af’ala (ﺃﻔﻌﻝ ) maka mashdarnya bertimbangan If’aal ( ﺇﻔﻌﺎﻝ), misalnya  ﺇﻧﻜﺎﺭ=ingkar dan ﺇﻜﺭﺍﻢ =mulia. Jika fi’ilnya bertimbangan Fa’ala ( ﻔﻌﱠﻝ) dengan mentasydiidkan ‘ainnya, maka mashdarnya bertimbangan Taf’iil (ﺗﻔﻌﻴﻝ ). Contohnya; ﺗﺪﺭﻴﺏ =latihan dan ﺗﻌﻟﻴﻢ =mengajar. Jika fi’ilnya bertimbangan Faa’ala (ﻔﺎﻋﻝ ) maka timbangan mashdarnya adalah Fi’aal (ﻔﻌﺎﻝ ) atau Mufaa’alah ( ﻤﻔﺎﻋﻟﺔ), misalnya; ﻘﺘﺎﻞ / ﻤﻘﺎﺘﻟﺔ =memerangi dan ﺤﺴﺎﺐ  / ﻤﺤﺎﺴﺑﺔ =menghitung. Jika fi’ilnya bertimbangan Fa’lala (ﻔﻌﻟﻞ ) maka mashdarnya adalah Fa’lalah (ﻔﻌﻠﻠﺔ ) atau Fi’laal (ﻔﻌﻼﻝ ), contohnya; ﺯﻟﺯﻟﺔ / ﺯﻠﺯﺍﻞ =gempa bumi.

C.     Mashdar Fi’il yang terdiri dari lima dan enam huruf (ﻤﺻﺪ ﺮ ﺍﻟﻔﻌﻝ ﺍﻟﺨﻤﺎﺴﻲ ﻭﺍﻠﺴﺪ ﺍﺴﻲ )

Jika fi’il itu terdiri dari lima atau enam huruf dan huruf pertamanya adalah hamzah washal, maka timbangan mashdarnya hampir sama dengan bentuk fi’il Maadhinya yaitu dengan mengkasrahkan huruf ketiga dan menambahkan huruf Alif sebelum huruf akhir menjadi Ifti’aal (ﺇﻔﺗﻌﺎﻞ ), contohnya; ﺇﺟﺘﻤﺎﻉ =berkumpul, ﺇﺴﺘﻘﺑﺎﻝ =menjamu/menjemput. Jika Fi’ilnya didahului oleh huruf Ta tambahan (ﺘﺎﺀ ﺯﺍﺋﺪﺓ ) maka timbangan mashdarnya pun hamper serupa dengan bentuk fi’il maadhinya namun huruf yang berada sebelum huruf terakhir haruslah di dhammakan, misalanya ﺗﻗﺩﱡ ﻤﺎ =maju/berkembang dan ﺘﻌﻟﱡﻤﺎ =belajar.

D.     Mashdar Miimi (ﺍﻟﻤﺻﺩ ﺭﺍﻟﻤﻴﻤﻲ )

Mashdar Miimi adalah Mashdar yang didahului dengan huruf Mim tambahan dimana maknanya sama dengan mashdar. Adapun bentuk-bentuk mashdar Miimi dari Fi’il Tsulaatsi adalah dengan bertimbangan Maf’al (ﻤﻔﻌﻝ ) kecuali jika fi’ilnya didahului oleh huruf Illat, maka timbangannya adalah Maf’il (ﻤﻔﻌﻝ ), contohnya kata ﻋﺭﺽ  mashdarnya adalah  ﻋﺭﺿﺎ dan mashdar miiminya adalah ﻤﻌﺭﺾ . Jika Fi’ilnya bukan fi’il tsulaatsi maka timbangan mashdar miiminya hamper sama dengan timbangan fi’il mudhaari’nya dengan mengganti huruf mudhaari’nya menjadi Mim dengan berharakat Dhamma dan mengkasrahkan huruf sebelum huruf terakhir, misalnya, kata ﺇﻟﺘﻘﻲ mashdranya adalah ﺇﻟﺘﻘﺎﺀ  dan mashdar miiminya adalah Multaqii (ﻤﻟﺘﻘﻲ ). Pada mashdar miimi ini boleh menambahkan huruf Ta marbuuthah di akhir kata, mislanya ﻤﺤﺒﺔ =kecintaan, dan ﻤﻨﻔﻌﺔ  =manfaat.

E.      Mashdar Shunaa’iy ( ﺍﻟﻤﺼﺪ ﺭﺍﻟﺼﻧﺎﻋﻲ)

Mashdar Shunaa’iy adalah isim yang diikutkan dengan Ya Nasab (lihat pelajaran Nasab) setelahnya adalah Ta Ta’niits yang menunjukkan atas makna mashdar, Misalnya kata ﺇﻨﺴﺎﻥ =manusia ditambahkan huruf Ya Nasab ﺇﻨﺴﺎﻨﻲ dan Mashdar Shunaa’iynya adalah Insaaniyyah (ﺇﻧﺴﺎﻧﻴﺔ ), contoh lain; ﺤﺮﱢﻴﺔ =kebebasan dan ﻤﺴﺋﻮﻟﻴﺔ  =tanggung jawab.

F.      Isim Marrah dan Isim Hay ah (ﺇﺴﻢ ﺍﻟﻤﺭﺓ ﻭﺇﺴﻢ ﺍﻟﻬﻴﺌﺔ )

Isim Marrah adalah Mashdar yang menunjukkan atas terjadinya suatu kejadian sekali, dan timbangannya adalah Fa’lah (ﻔﻌﻟﺔ ) jika fi’ilnya adalah Tsullatsi, dan jika bukan fi’il tsulaatsi maka hanya dengan menambahkan huruf Ta pada akhir kata. Contohnya; ﺿﺭﺑﺘﻪ ﺿﺮﺑﺔ =saya memukulnya sekali pukulan, dan ﺃﻜﺭﻤﺘﻪ ﺇﻜﺭﺍﻤﺔ  =saya sekali menghormatinya. Adapun Ismul Hay ah adalah mashdar yang menunjukkan atas bentuk atau situasi dan kondisi  di saat kejadian, timbangannya adalah Fi’lah (ﻔﻌﻟﺔ ) apabila fi’ilnya tsulaatsi, selain fi’il tsulaatsi, maka ia tidak mempunyai timbangan. Misalnya; ﺟﻠﺴﺖ ﺟﻟﺴﺔ ﺍﻟﻌﻟﻤﺎﺀ  =saya telah duduk seperti duduknya para ulama.

III. ISIM MUSYTAQQ ( ﺍﻹﺴﻢ ﺍﻠﻤﺸﺗﻖ)

Dari segi bahasa, Isim Musytaqq berarti kata jadian atau kata yang terpecah dan terbentuk dari suatu bentuk, sedangkan dari istilah yaitu apa yang diambil dari selainnya dan menunjukkan atas sesuatu yang disifati dengan sifat tertentu dengan memperhatikan keselarasan dan kecocokkan diantara keduanya baik dari segi makna maupun perubahannya dalam ucapan. Misalnya kata ﻜﺘﺏ =menulis, dari kata ini kemudian diambil dan dibentuk menjadi ﻜﺎﺘﺏ =penulis, ﻤﻜﺗﻮﺏ =tertulis, ﻤﻜﺗﺏ =tempat menulis, dan seterusnya-(lih perubahannya di Fi’il)-. Isim Musytaqq ini terbagi menjadi tujuh, yaitu; Isim Faa’il (ﺇﺴﻢ ﺍﻟﻔﺎﻋﻞ ), Isim Maf’uul (ﺇﺴﻢ ﺍﻠﻤﻔﻌﻮﻞ ), Sifatul Musyabbahah bi ismil Faa’il (ﺍﻟﺻﻔﺔ ﺍﻟﻤﺸﺑﻬﺔ ﺑﺈﺴﻢ ﺍﻠﻔﺎﻋﻞ ), Isim Tafdhiil ( ﺇﺴﻢ ﺍﻠﺗﻔﺿﻴﻝ), Isim Zamaan ( ﺇﺴﻢ ﺍﻟﺯﻤﺎﻥ), Isim Makaan (ﺇﺴﻢ ﺍﻟﻤﻜﺎﻥ ) dan Ismul Aalat ( ﺇﺴﻢ ﺍﻵﻟﺔ). Dibawah ini akan dijelaskan secara singkat bagian-bagian dari Isim Mustaqq:

A.     Isim Faa’il (ﺇﺴﻢ ﺍﻟﻔﺎﻋﻞ)

Isim Faa’il adalah isim yang dibentuk untuk menunjukkan atas Siapa atau orang yang melakukan pekerjaan, misalnya ﺿﺮﺑﺘﻚ =saya telah memukulmu, menunjukkan bahwa saya adalah orang yang memukul (subjek) dengan kata lain, saya adalah (ﺿﺎﺮﺏ ) Dhaarib. Dengan demikian, maka timbangan Isim Faa’il adalah Faa’il (ﻔﺎﻋﻝ ), jika fi’ilnya adalah Tsulaatsi, jika ‘Ain Fi’ilnya adalah Alif maka diubah menjadi Hamzah, contohnya; ﺼﺎﻡ =puasa, isim faa’ilnya adalah ﺼﺎﺌﻢ Shaa im, contoh lain, ﺒﺎﻉ =menjual, isim faa’ilnya ﺒﺎﺌﻊ Baa i’. Namun jika Tsulaatsinya Madhmuumul ‘ain (huruf ‘Ainya berbaris Dhamma) maka timbangannya berbeda-beda, misalnya kata Dha’ufa ﺿﻌﻑ =lemah, maka Faa’ilnya adalah Dha’iif (ﺿﻌﻴﻒ ), contoh lain, kata jamula ﺠﻤﻞ Faa’ilnya Jamiil (ﺠﻤﻴﻝ ), kata Sha’uba ﺼﻌﺏ =susah, Faa’ilnya adalah Sha’bun (ﺼﻌﺏ ), dan Faa’il semacam ini dinamakan Sifat almusyabbaha bi ismil Faa’il yang akan dijelaskan pada bagiannya. Jika Fi’ilnya bukan Tsulaatsi maka timbangannya menyerupai timbangan fi’il mudhaari’nya dengan mengganti huruf mudhaari’nya dengan Mim berbaris Dhamma dan mengkasrah huruf sebelum terakhir, contohnya; Qaatala (ﻗﺎﺘﻝ ) menjadi Muqaatil (ﻤﻘﺎﺗﻝ ), Ahsana (ﺃﺤﺴﻦ ) menjadi Muhsin (ﻤﺤﺴﻥ ), dan Istaghfara (ﺇﺴﺘﻐﻔﺮ ) menjadi Mustaghfir (ﻤﺴﺗﻐﻔﺭ ) dan seterusnya.

B.     Isim Maf’uul (ﺇﺴﻢ ﺍﻠﻤﻔﻌﻮﻞ )

Isim Maf’uul adalah Isim yang dibentuk dari fi’il mabni majhuul untuk menunjukkan atas apa yang dikerjakan atau menunjukkan atas objek, misalnya ﺿﺮﺑﺖﺨﺎﻟﺪﺍ =saya telah memukul khalid, kalimat ini menunjukkan bahwa khaalid adalah orang yang dipukul (objek), maka khaalid itu ﻤﺿﺮﻭﺏ madhruub. Bentuk timbangannya adalah Maf’uul ( ﻤﻔﻌﻭﻝ) jika fi’ilnya tsulaatsi. Jika fi’il tsulaatsi dimana huruf tengahnya adalah Alif yang huruf aslinya adalah Ya, seperti; ﺒﺎﻉ dan ﻋﺎﺏ , maka bentuk maf’uulnya adalah ﻤﺑﻴﻊ Mabii’  dan ﻤﻌﻴﺏ Ma’iib. Jika huruf tengahnya adalah Alif dimana huruf aslinya adalah Wau, seperti ﻘﺎﻝ dan ﻻﻢ , maka bentuk Maf’uulnya adalah ﻤﻘﻮﻞ Maquul dan ﻤﺼﻭﻥ Mashuun. Jika huruf akhirnya adalah Alif dimana huruf aslinya adalah Ya, seperti, ﺑﻧﻰ dan ﺮﻤﻰ , maka bentuk Maf’uulnya adalah ﻤﺒﻧﻰﱡ Mabniiyyun dan ﻤﺭﻤﻰﱡ Marmiiyyun. Jika Huruf akhirnya Alif sedangkan huruf aslinya adalah Wau, seperti ﺪﻋﺎ dan ﺭﺟﺎ , maka bentuk maf’uulnya adalah ﻤﺪﻋﻮﱡ Mad’uwwun dan ﻤﺭﺟﻮﱡ Marjuwwun. Adapun jika Fi’ilnya bukan Fi’il Tsulaatsi maka timbangannya hamper sama dengan bentuk Mudhaari’nya dengan mengganti huruf mudhaari’ menjadi Mim yang berharakat Dhamma dan memfathakan huruf sebelum terakhir, contohnya; ﺃﻏﻟﻕ (Aghlaqa) menjadi ﻤﻐﻟﻖ (mughlaq), ﻘﺪﱠﺭ (Qaddara) menjadi ﻤﻘﺩﱠﺭ (muqaddar), dan  ﺇﺴﺘﺨﺭﺝ (istakhraja) menjadi ﻤﺴﺗﺨﺭﺝ  (mustakhraj).

C.     Sifatul Musyabbahah bi ismil Faa’il (ﺍﻟﺻﻔﺔ ﺍﻟﻤﺸﺑﻬﺔ ﺑﺈﺴﻢ ﺍﻠﻔﺎﻋﻞ )

Shifat al-Musyabbahah bi Ismil Faa’il adalah isim yang dibentuk dari Fi’il Tsulaatsi Laazim (yang tidak memiliki objek) yaitu sifat yang menunjukkan atas siapa yang melakukan pekerjaan. Misalnya ﻜﺭﻴﻢ =yang mulia dan ﺸﺠﺎﻉ =yang berani. Bentuk timbangannya adalah Fa’iil (ﻔﻌﻴﻞ ) jika ‘Ain Fi’ilnya Dhamma, misalnya ﻜﺭﻴﻡ , ﺿﻌﻴﻑ , ﻜﺛﻴﺭ , ﻨﻇﻴﻒ , ﻟﻁﻴﻒ , ﺸﺭﻴﻒ , atau bertimbangan Fu’aal (ﻔﻌﺎﻞ ) seperti ﺸﺠﺎﻉ , atau juga bertimbangan Fa’lun (ﻔﻌﻝ ), seperti ﺻﻌﺏ , ﺴﻬﻝ  , ﺿﺧﻡ , atau juga ber4timbangan Fa’aal (ﻔﻌﺎﻝ ) seperti ﺟﺑﺎﻥ , dan masih banyak lagi timbangannya.

D.     Isim Tafdhiil ( ﺇﺴﻢ ﺍﻠﺗﻔﺿﻴﻝ)

Isim Tafdhiil adalah isim yang dibentuk atas timbangan Af’ala (ﺃﻔﻌﻝ )untuk menunjukkan atas dua benda atau dua hal yang sama-sama memiliki sifat yang sama namun salah satu diantaranya melebihi sifat tersebut dari yang lain, contohnya; ﺍﻟﺸﻤﺲ ﺃﻜﺑﺮ ﻤﻥ ﺍﻷﺭﺾ  =matahari lebih besar dari pada bumi, kata Akbaru adalah isim Tafdhiil. Kata yang terletak sebelum Isim Tafdhiil dinamakan Mufaddhal (ﻤﻔﺿﻼ ) yaitu Matahari pada contoh di atas dan kata yang terletak setelah isim tafdhiil dinamakan Mufaddhal ‘alaihi (ﻤﻔﺿﻼﻋﻟﻴﻪ ) yaitu bumi pada contoh di atas. Isim tafdhiil dibentuk hanya dari Fi’il Tsulaatsi Tamm yang dapat menunjukkan kekaguman atau ketakjuban.

E.      Isim Zamaan ( ﺇﺴﻢ ﺍﻟﺯﻤﺎﻥ) dan Isim Makaan (ﺇﺴﻢ ﺍﻟﻤﻜﺎﻥ )

Isim Zamaan adalah isim yang dibentuk untuk menunjukkan atas masa/waktu terjadi dan berlangsungnya suatu pekerjaan, contohnya; ﻤﻭﻋﺪ ﺍﻹﻤﺗﺤﺎﻥ ﺃﻮﻝ ﻴﻭﻧﻴﻮ =waktu ujian pada awal juni. Isim Makaan adalah isim yang dibentuk untuk menunjukkan atas tempat terjadinya suatu pekerjaan, misalnya; ﻤﻟﻌﺏ ﺍﻟﻜﺮﺓ ﻭﺍﺴﻊ =tempat bermain bola itu luas. Isim Zaman dan Makaan bertimbangan Maf’al (ﻤﻔﻌﻝ ) jika fi’ilnya mu’tal akhir (huruf terakhirnya adalah huruf illat), contoh ﻤﻟﻬﻰ  Malhaa, ﻤﺟﺮﻯ Majraa, ﻤﻜﺘﺏ Maktab dan ﻤﺪﺧﻝ madkhal. Atau bisa juga bertimbangan Maf’il (ﻤﻔﻌﻝ ) apabila akhir fi’ilnya bukanlah mu’tal (shahih) dan ‘Ain mudhaari’nya berbaris kasrah, contohnya; ﻴﻨﺯﻝ Yanzilu, menjadi ﻤﻨﺯﻝ Manzil dan ﻴﺮﺟﻊ Yarji’u menjadi ﻤﺮﺟﻊ Marji’. Adapun timbangannya untuk bukan fi’il tsulaatsi adalah sama dengan timbangan isim maf’uul yang bukan tsulaatsi, misalnya; ﻤﺴﺗﻭﺪﻉ mustawda’, ﻤﺴﺗﻭﺻﻒ Mustawshaf  dan ﻤﺴﺘﺷﻔﻰ Mustasyfaa.

F.      Ismul Aalat ( ﺇﺴﻢ ﺍﻵﻟﺔ)

Isim Aalat adalah isim yang dibentuk untuk menunjukkan atas alat yang digunakan untuk melakukan pekerjaan. Adapun bentuk timbangan Isim Alat adalah Mif’aal (ﻤﻔﻌﺎﻞ ) contohnya; ﻔﺘﺢ =membuka menjadi ﻤﻔﺘﺎﺡ =kunci. Atau dengan timbangan Mif’al (ﻤﻔﻌﻝ ), contoh; ﻤﻨﺠﻞ =celurit/sabit. Atau dengan timbangan Mif’alah ( ﻤﻔﻌﻟﺔ), contohnya; ﻤﻛﻧﺴﺔ =sapu, ﻤﻟﻌﻘﺔ =sendok.Sebagian ahli bahasa membolehkan timbangan Fa”aalah (ﻔﻌﱠﺎﻟﺔ ) untuk menunjukkan atas alat, misalnya; ﻏﺴﱠﺎﻟﺔ =mesin cuci, dan ﺜﻼﱠ ﺟﺔ =kulkas.

3 thoughts on “DASAR-DASAR BAHASA ARAB (ILMU SHARF)”

  1. assalamualaikum… mas mau minta tolong nih, kalo misalnya punya tulisan matan alfiyah dan artikelnya boleh dong minta,

  2. Mas q minta izin untuk copy ya….semoga ini manfaat bagi q dan teman ku yang lagi belajar bahasa arab dan qiraatul qutub,,mksaih dr gito prasojo

Leave a comment