shalat

Shalat berarti doa atau berkomunikasi dengan Allah SWT. Shalatnya seorang muslim merupakan derajat yang tertinggi dalam beribadah secara badaniyah dan ruhiyah dimana ia berhubungan langsung dengan Tuhannya penuh keimanan, keikhlasan, keihsanan menghadirkan-Nya di dalam hati, fikiran, dan Khusyu’. Rasulullah bersabda:

إذَا قَامَ أحَدُ كُمْ يُصَلِّي فَإِنَّه يُنَاجِى رَبَّه

“Jika seseorang berdiri melaksanakan shalat maka sesungguhnya ia berkomunikasi dengan Allah” (Muttafaqun Alaih).

Adapun cara-cara (rukun dan sunnah) shalat dan bacaannya sebagai berikut:

  1. Disunnahkan membaca Al-Mauidzatain (Surah An-Nas dan Al-Falaq)
  2. Mengarahkan pandangan ke tempat sujud, bukan melihat ke atas karena Rasulullah SAW melarang untuk melihat ke atas. Dan di saat tunduk, dagu pun tidak boleh menyentuh dada.
  3. Niat (di dalam hati, bukan diucapkan), contoh :

أُصَلِّي فَرْضَ الْمَغْرِبِ ثَلاَثَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ لِلّٰهِ تَعَالَى

“Aku berniat melaksanakan shalat magrib tiga rakaat menghadap kiblat karena Allah”

  1. Takbir yang artinya mengucapkan Allahu Akbar dan mengangkat kedua tangan setinggi bahu atau hingga ujung telinga dan meletakkan tangan kanan di atas kiri, bukan sekedar mengangkat tangan tanpa mengucapkan Allahu Akbar.
  2. Membaca doa Iftitaf. Ketika Abu Hurairah bertanya kepada Rasulullah tentang doa iftitah apa yang dibaca oleh Rasul, beliau menjawab :

اَللّٰهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْ تَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، اَللّٰهُمَّ نَقِّنِي مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّ نَسِ، اَللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَا بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ

“Ya Allah, Jauhkanlah diantara aku dan kesalahan seperti halnya Engkau menjauhkan antara timur dan barat, Ya Allah, sucikanlah aku dari segala kesalahan seperti halnya Engkau mensucikan baju putih dari kotoran, Ya Allah bersihkanlah segala kesalahanku dengan air dan es yang dingin” (HR.Bukhari dan Muslim).

Kadang pula Rasulullah membaca :

سُبْحَانَكَ اَللّٰهُمَّ وَبِحَمْدِ كَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَلَى جَدُّ كَ وَلاَ إِلٰهَ غَيْرُكَ

“Maha Suci Engkau Ya Allah dengan segala puji-pujian atas-Mu, dan keberkahan Asma-Mu, Kebesaran Anugerah-Mu dan tiada Tuhan selain Engkau”(HR.Abu daud dan Tirmizi).

Atau dengan membaca :

وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْن إِنَّ صَلاَ تِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَا وَمَمَاتِي لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَ لِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

“Aku menghadapkan wajahku kepada Yang telah menciptakan langit dan bumi sebagai pegangan kebenaran bagi muslim, dan saya bukanlah  termasuk orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya kepada Allah Tuhan semesta alam, tiada seorang pun yang menyekutukannya dan itulah yang telah diperintahkan padaku, dan saya termasuk orang-orang yang muslim”.

  1. Membaca Ta’awwudz (A’uudzu billaahi minas-syaithaanir-rajiim) dan Basmalah (Bismillahi rahmaanir-rahiim).
  2. Membaca Surah Al-Faatihah dengan perlahan karena Allah akan menjawab setiap ayat yang dibacanoleh mushalli.
  3. Membaca (آمِيْن) setelah membaca surah Al-Fatihah.
  4. Membaca salah satu surah dari al-Quran.
  5. Mengangkat kedua tangan sambil mengucapkan takbir kemudian ruku’. Kedua tangan diletakkan di lutut, jari-jari terbuka, pundak dan kepala sama tinggi, kemudian membaca :

سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِه

Maha suci Engkau Tuhanku yang Maha Agung dan segala Puji bagi-Nya

(tiga kali).(HR.Abu Daud).

Atau membaca :

سُبْحَانَكَ اللّٰهُمَّ وَبِحَمْدِ كَ اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلِي اَللّٰهُمَّ لَكَ رَكَعْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ أَنْتَ رَبِّي خَشِعَ سَمْعِي وَبَصَرِي وَفُؤَادِيْ لاَ إلٰهَ إِلاَّ أَنْتَ

“Maha Suci Engkau Ya Allah Ya Tuhan Kami dengan segala puja dan puji kepada-Mu ya Allah ampunilah dosa-dosaku. Ya Allah kepada-Mu aku ber-ruku’, kepada-Mu aku beriman dan kepada-Mu aku berserah diri, yang telah mengkhusyu’kan pendengaranku, penglihatanku dan hatiku, Engkaulah Tuhanku tiada Tuhan selain Engkau” (HR.Bukhari & Muslim).

  1. Mengangkat kepala sambil mengangkat kedua tangan dan membaca:

“سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَه”

“Semoga Allah mendengar siapa saja yang memuji-Nya

(HR.Bukhari & Muslim).

Dan setelah mengangkat tangan membaca :

رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ

“Ya Tuhan kami, bagimu segala puja dan puji” (HR.Bukhari & Muslim)

Atau membaca :

رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْ ءُ السَّمَاوَاتِ وَمِلْ ءُ الأَرْضِ وَمِلْ ءُ مَابَيْنَهُمَا وَمِلْ ءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْئٍ بَعْدُ ، أَهْلُ الثُّنَاءِ وَالْمَجْدِ، أَحَقُّ مَا قَالَهُ الْعَبْدُ وَكُلُّنَا لَكَ عَبْدٌ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدّ

“Ya Tuhan Kami, bagi-Mu segala puja dan puji seisi langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dan sepenuh apa-apa yang engkau kehendaki, pemilik segala puji dan kemuliaan yang paling benar dan pantas diucapkan oleh seorang hamba dan kami semua menghambakan diri pada-Mu. Tiada yang dapat menghalangi atas apa yang Engkau berikan dan tiada yang dapat memberi atas apa yang Engkau larang dan tiada anugerah yang bermanfaat karena dari-Mu lah segala anugerah” (HR.Muslim & Abu Daud).

Kemudian meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri diantara perut dan dada.

  1. Bertakbir untuk sujud tanpa mengangkat kedua tangan (HR.Bukhari & Abu Daud). Anggota tubuh yang terkena di saat sujud adalah kening, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan ujung kaki. Dengan membaca :

سُبْحَانَ رَبِّيَ الأَعْلَي وَبِحَمْدِ ه

“Maha Suci Allah Yang Maha Tinggi” 3x (HR.Ahmad, Abu Daud & Ibnu Majah)

Atau dengan membaca :

سُبْحَانَكَ اَللّٰهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِ كَ اَٰللّٰٰهُمََّ اغْفِرْلِي٬ اَللّٰهُمَّ لَكَ سَجَدْ تُ وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ سَجَدَ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ فَاأحْسِنْ صُوَرَهُ

“Maha Suci Engkau Ya Allah Ya Tuhan kami dengan segala puja dan puji bagi-Mu maka ampunilah dosa-dosaku. Ya Allah kepada-Mu aku bersujud dan kepada-Mu aku beriman dan menyerahkan diri, aku sujudkan wajahku kepada Yang telah menciptakan dan membentuknya maka perbaikilah wajahku dengan sebaik-baik bentuk”.(HR.Bukhari & Muslim).

  1. Duduk diantara dua sujud dengan cara duduk di atas kaki yang kiri dan kaki kanan berdiri tegak berpangku pada ujung telapak kaki dan kedua tangan berada di atas lutut. Dan membaca :

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلِي وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي وَارْزُقْنِي وَاهْدِ نِي وَعَافِنِي وَاعْفُ عَنِّي

“Ya Allah ampunilah aku, kasihanilah aku, bantulah aku, berikanlah rezki kepadaku, berikanlah aku petunjuk dan kesehatan dan maafkanlah aku” (HR.Tirmizi & Abu Daud).

Di saat menjadi imam harus merubah bacaannya menjadi Allahummaghfir lanaa dan seterusnya.

  1. Kemudian sujud untuk yang kedua sama halnya dengan sujud yang pertama
  2. Bangkit dan berdiri untuk rakaat yang kedua dengan bertakbir berpangku pada lutut tanpa duduk beristirahat (pendapat Imam Ahmad), sedangkan menurut imam Syafi’I disunnahkan duduk beristirahat sejenak kemudian berdiri berpangku pada tangan.
  3. Pada rakaat kedua, mengerjakan seperti halnya pada rakaat pertama kecuali membaca iftitah.
  4. Pada rakaat yang kedua duduk tasyahud seperti halnya duduk diantara dua sujud dan membaca tasyahhud awal :

اَلتَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلّٰهِ اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ أَشْهَدُ أنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

“Segala hormat, keberkahan, shalawat dan segala kebaikan hanya untuk Allah, selamat atas engkau wahai baginda Nabi semoga senantiasa mendapat rahmat dan barakah dari Allah SWT, selamat kepada kami dan para hamba Allah yang shaleh, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan rasul Allah”.(HR.Bukhari).

  1. Berdiri dari Tasyahhud awal dengan mengangkat tangan seperti halnya pada takbiratul ihram. Sisa rakaat hanya dengan membaca surah Al-Fatihah saja tanpa surah yang lain, jika membaca surah yang lain pun tidak apa-apa sebagai mana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Sa’ad al-Khudariy.
  2. Pada sujud akhir perbanyaklah doa, sebagaimana sabda Nabi :

أَقْرَبُ مَا يَكُوْنُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأكْثَرُوْا فِيْهِ مِنَ الدُّعَاءِ

“seorang hamba akan sangat dekat dengan Tuhannya di saat ia sujud, maka perbanyaklah berdoa”(HR.Muslim dan Abu Daud).

Doa yang biasa ditambahkan oleh Nabi pada sujud akhir setelah membaca :

سُبْحَانَكَ اَللّٰهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِ كَ اَٰللّٰٰهُمََّ اغْفِرْلِي٬ اَللّٰهُمَّ لَكَ سَجَدْ تُ وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ سَجَدَ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ فَاأحْسِنْ صُوَرَهُ

“Maha Suci Engkau Ya Allah Ya Tuhan kami dengan segala puja dan puji bagi-Mu maka ampunilah dosa-dosaku. Ya Allah kepada-Mu aku bersujud dan kepada-Mu aku beriman dan menyerahkan diri, aku sujudkan wajahku kepada Yang telah menciptakan dan membentuknya maka perbaikilah wajahku dengan sebaik-baik bentuk”.(HR.Bukhari & Muslim).

Adalah dengan membaca doa:

اَللٰهُمَّ اجْعَلْ فِي قَلْبِي نُوْرًا وَفِي لِسَانِي نُوْرًا وَفِي بَصَرِي نُوْرًا وَفِي وَجْهِي نُوْرًا وَفِي سَمْعِي نُوْرًا وَعَنْ يَمِيْنِي نُوْرًا وَعَنْ يَسَارِي نُوْرًا وَمِنْ بَيْنِ يَدَ يَّ نُوْرًا وَمِنْ خَلْفِي نُوْرًا وَمِنْ فَوْقِي نُوْرًا وَمِنْ تَحْتِي نُوْرًا واجْعَلْ لِي فِي نَفْسِي نُوْرًا وَاعْظِمْ لِي نُوْرًا اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلِي خَطِيْئَتِي وَذَ نْبِي وَإِسْرَافَ فِي أَمْرِي وَأَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلِي جَدِّ ي وَهَزْلِي وَكَسْلِي وَعَمْدِ ي كُلٌّ ذٰلِكَ عِنْدِ ي اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلِي مَا قَدَّ مْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ أَنْتَ إِلٰهِي لاَ إِلٰهَ إِلاَّ أَنْتَ

“Ya Allah jadikanlah hatiku sebagai cahaya, lidahku, mataku, wajahku, pendengaranku bercahaya, dari sebelah kanan dan kiri, depan, belakang, atas dan bawah bercahaya, jadikanlah diriku sebagai cahaya dan agungkanlah aku dengan cahaya. Ya Allah ampunilah segala kesalahnku, dosaku, dan hal yang berlebih-lebihan karena Engkaulah yang lebih mengetahui disbanding diriku. Ya Allah ampunilah keseriusan, canda tawa, senda gurau, kemalasan, dan kesengajaanku semua itu dariku. Ya Allah, ampunilah dosa-dosa yang telah aku perbuat maupun yang belum, dosa-dosa yang tidak kusadari maupun yang kusadar, Engkaulah Tuhanku dan tiada Tuhan selain engkau Ya Allah”.

  1. Pada duduk tasyahhud akhir sedikit berbeda dengan yang pertama pada posisi duduk yang dapat dilakukan dengan tiga cara, yang pertama; tegakkan kaki kanan dan kaki kiri keluar dari celah betis sebelah kanan dan duduk di atas tanah/lantai. Kedua; membentangkan kedua kaki, kaki kiri di bawah betis sebelah kanan sedikit keluar di bagian kanan. Ketiga; membentangkan kaki kanan dan kaki kiri berada diantara paha dan betis.

Adapun doa yang dibaca setelah doa :

اَلتَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلّٰهِ اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ أَشْهَدُ أنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

Adalah dengan menambahkan shalwat dan salam kepada Nabi:

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَي سَيِّدِ نَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِ نَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِ نَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِ نَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِ نَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِ نَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِ نَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِ نَا إبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْن إنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

“Ya Allah, bershalawatlah kepada baginda Nabi Muhammad SAW dan keluarganya sebagaimana Engaku bershalawat kepada baginda Nabi Ibrahim dan keluarganya, berikanlah berkah-Mu kepada Nabi Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau memberkati Nabi Ibrahim dan keluarganya di seluruh alam, sesungguhnya Engkau maha pemuja dan Mulia”(HR.Bukhari & Muslim).

Kemudian menambahkan doa :

اَللّٰهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمِ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِّيْحِ الدَّ جَّالِ٬ اَللّٰهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظَلْمًا كَثِيْرًا وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إلاَّ أَنْتَ فَاغْفِرْلِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِ كَ وَارْحَمْنِي إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari siksa api neraka, siksa kubur, dan dari fitnah semasa hidup dan setelah mati serta aku berlindung dari fitnah dajjal. Ya Allah, sesungguhnya aku telah banyak mendzalimi diriku sendiri dan tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau Ya Allah, maka Ampunilah aku dengan segala pengampunan-Mu serta kasihanilah aku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (HR.Bukhari dan Muslim).

  1. Mengangkat jari telunjuk di saat mengucapkan “Illallah” dari syahadat, atau pada kalimat “Laa ilaaha”, atau pada setiap mengucapkan nama Allah, atau menggerakkan/memutar ke kanan dan kiri.
  2. Salam kanan dan kiri dengan mengucapkan :

اَلسَّــــــلاَمُ عَلـَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰــــــــــــه

“Semoga keselamatan dan rahmat  Allah senantiasa bersama kalian”

  1. Tertib

Sepantasnyalah bagi seorang yang melaksanakan shalat jika ingin berdoa kepada Allah SWT maka perbanyaklah berdoa sebelum salam setelah melengkapai bacaan tasyahhud dan apa yang telah diperintahkan oleh Nabi yaitu memohon perlindungan dari siksa neraka, kubur, fitnah di saat hidup dan mati juga dari fitnah dajjal. Ia boleh meminta segala kebaikan baik di dunia maupun di akherat.

Sebagian ulama berpendapat, bahwa tidak pantas berdoa meminta hal-hal yang berhubungan dengan dunia, namun pendapat itu dianggap lemah karena bertentangan dengan keumuman yang ada pada hadis Nabi :

ثُمَّ ليَخَيِّر مِنَ الدُّعَاءِ مَا شَاءَ

“Kemudian perbaguslah doa sesuai yang kamu kehendaki” (HR.Bukahri & Muslim).

Menurut Ibnu Khalifat ‘Alawi dan Al-‘Allaamah Utsaimin bahwa setelah shalat tidak perlu berdoa, sebab doa harus di perbanyak pada saat sujud akhir dan pada tahiyyat / tasyahhud akhir. Tidak usah melap / menyeka wajah, biarkan bekas-bekas debu yang menempel di wajah yang kelak akan menjadi saksi di yaumil akhir, begitu pula dengan air wudhu , agar tidak dilap atau dikeringkan. Biarkan air tersebut meresap ke kulit dan tubuh. Berzikir setelah shalat bukanlah kewajiban yang harus dilakukan, melainkan sesuatu yang mustahab atau disunnahkan.

Leave a comment